Dia juga sebagai pendiri atau Raja Demak yang disebut kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Fatah atau yang dikenali mempunyai nama Tionghoa yaitu Jin Bun atau yang selanjutnya dikenali dengan Senapati Jimbun atau Sultan Sah Alam Besar al-Fatah. Dia sebagai penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis turunan Tionghoa.
Biografi Raden Fatah Singkat
Menurut Babad Tanah Jawi yang dikutip oleh wikipedia.com, Raden Patah dijumpai lahir di tahun 1455 di Palembang yang saat itu tetap sebagai daerah kekuasaan Majapahit. Raden Patah sebagai seorang putra dari Brawijaya V yang disebut raja paling akhir Majapahit.
Raden Patah sebagai anak dari selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini sebagai putri dari Kyai Batong atau yang juga dikenal dengan Tan Go Hwat. Hal itu terjadi karena Ratu Dwarawati yang disebut berasa cemburu, pada akhirnya Raja Brawijaya juga mau tak mau memberinya selir Tiongkok ke adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.
Dalam biografi Raden Patah, dia juga menampik gantikan Arya Damar jadi Adipati Palembang. Hingga Dia pada akhirnya kabur ke pulau Jawa dan didampingi oleh Raden Kusen. Sesampai di Jawa, ke-2 nya juga langsung berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Selanjutnya Raden Kusen berbakti ke Majapahit, sedang Raden Patah berpindah ke Jawa tengah dan buka rimba Glagahwangi jadi sebuah pesantren.
Perjalanan Hidup
Sesudah membangun pesantren rupanya pesantren yang dibangun oleh Raden Patah juga makin alami perkembangan. Ini juga memunculkan kekawatiran untuk Brawijaya alias Bhre Kertabhumi bila setiap saat Raden Patah punya niat untuk lakukan usaha perlawanan. Hingga Raden Kusen yang saat itu sudah dipilih jadi Adipati Terung diperintah untuk panggil Raden Patah.
Raden Kusen juga pada akhirnya menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya yang dideteksi sebagai Brawijaya V berasa berkesan oleh hal yang sudah dilakukan oleh Raden Patah. Hingga dia juga pada akhirnya ingin mengaku Raden Patah sebagai putranya.
Dalam biografi Raden Patah, dia juga selanjutnya diangkat sebagai bupati. Seterusnya pesantren Glagahwangi yang dibangun oleh Raden Patah diganti namanya jadi Demak dengan ibukota yang namanya Bintara.
Menurut kronik Tiongkok, Jin Bun atau Raden Patah sudah berpindah dari Surabaya ke Demak pada tahun 1475. Selanjutnya dia mengalahkan Semarang di tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal tersebut membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang berada di Majapahit jadi risau dan cemas.
Tetapi, karena godaan Bong Swi Hoo yang disebut Sunan Ampel, pada akhirnya Kung-ta-bu-mi siap mengaku Jin Bun sebagai anak, dan resmikan posisinya sebagai bupati di Bing-to-lo yang disebut ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk versus perang dari Demak dan Majapahit ada banyak versus. Yang dikabarkan dalam dokumen Babad dan serat, khususnya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Perang Di antara Kerajaan Demak dan Majapahit
Disebutkan jika Sunan Ampel larang Raden Patah untuk melawan pada Majapahit. Ini karena walau mempunyai agama yang lain, tetapi Raja Brawijaya teruslah ayah dari Raden Patah.
Saat sunan Ampel sudah tidak ada, Raden Patah pada akhirnya juga masih tetap lakukan serangan ke Majapahit. Hingga untuk menetralisasi dampak agama lama, Sunan Giri selanjutnya menempati takhta Majapahit sepanjang 40 hari.
Disebutkan juga dalam biografi Raden Patah mengenai perang yang terjadi di antara Demak menantang Majapahit yaitu versus Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Di mana dia menyampaikan jika ada perang yang terjadi di antara Jin Bun menantang Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) pada tahun 1478.
Perang itu terjadi sesudah kematian dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Di mana di sini, Jin Bun mendobrak ibukota Majapahit. Menurut versus Tiongkok disebutkan jika Perang usai di antara Demak dan Majapahit usai dengan ketangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.
Dia dipindah ke Demak secara hormat. Semenjak itu, Majapahit jadi bawahan Demak dengan dipegang seorang Tionghoa muslim namanya Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Pada tahun 1485, Nyoo Lay Wa meninggal karena perlawanan yang dilancarkan oleh golongan pribumi yang tidak sepakat dengan kepimpinan Nyoo Lay Wa.
Raden Patah selanjutnya mengusung Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang sebagai menantu kertabumi sebagai penguasa Majapahit. Berdasarkan catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang di antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la bekerja bersama dengan Portugis di Malaka yang membuat Raden Patah tidak suka.
Pemerintah Raden Patah
Majapahit alami kekalahan menantang Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni karena dia sebagai menantu dari Raden Patah. Kerajaan Demak di bawah pemerintah Raden Patah alami perkembangan cepat. Pemerintah Raden Patah dikenali benar-benar junjung tinggi toleran beragama saat dia berkuasa.
Ini ditunjukkan dengan tidak serang umat hindu dan budha. Meskipun sempat serang majapahit ini bukanlah didasari karena agama tetapi karena politik.
Raden Patah Meninggal dunia
Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dijumpai meninggal dunia di tanggal 1518 di Demak, Jawa Sedang dalam umur 63 tahun. Tempatnya sebagai sultan demak selanjutnya diganti oleh anaknya yang namanya Pati Unus atau yang dikenali dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam dokumen Tiongkok dikenali sebagai Yat Sun.
Raden Patah dijumpai mempunyai istri namanya Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya itu Raden Patah mempunyai anak namanya Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.
Related Keywords: